Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, terlibat dalam konflik antara Israel dan Hamas. Hizbullah, yang merupakan sekutu Hamas, menyerbu wilayah Israel Utara dan diduga mendapatkan bantuan dari kelompok Rusia.
Meskipun hanya sebagai faksi, Hizbullah memiliki kekuatan yang besar karena memiliki persenjataan. Kelompok yang didukung oleh Iran ini menggunakan senjata buatan Rusia yang diberikan melalui Presiden Suriah, Bashar Al Assad, yang juga sekutu Moskow.
“Sistem rudal permukaan-ke-udara SA-22, yang disediakan oleh Rusia untuk pemerintah Suriah, dikirim oleh kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, yang beroperasi di Suriah,” kata sumber intelijen Amerika Serikat (AS) kepada CNN International, Jumat (3/11/2023).
Belum jelas apakah senjata tersebut sudah terkirim atau seberapa dekat dengan pengiriman. AS telah memantau pergerakan sistem tersebut, yang dikenal juga dengan nama Pantsir. Penilaian AS didasarkan pada informasi intelijen yang didapat dari diskusi antara Assad, Wagner, dan Hizbullah mengenai penerapan sistem tersebut.
Wagner kemungkinan telah menyediakan sistem tersebut kepada Hizbullah, sedangkan peran Assad sebelumnya tidak pernah dilaporkan. Sejak bertahun-tahun lalu, pejuang Wagner dan Hizbullah telah beroperasi di Suriah, bekerja sama dengan angkatan bersenjata Rusia dan Suriah untuk mendukung rezim Assad melawan oposisi Suriah.
Hizbullah mulai menarik pejuangnya keluar dalam beberapa tahun terakhir, namun masih didukung oleh Iran, yang merupakan sekutu dekat Assad. Ada bukti peningkatan kolaborasi antara Hizbullah dan Wagner di Suriah.
Kemungkinan Hizbullah akan segera memiliki sistem pertahanan udara baru terjadi di tengah kekhawatiran bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk membuka front baru dalam perang Israel-Hamas di perbatasan utara Israel dengan Lebanon. AS telah berulang kali memperingatkan Hizbullah dan kelompok proksinya yang didukung Iran untuk menghindari konflik.
Israel juga telah menargetkan sistem rudal ini di wilayah Suriah sebelumnya sebagai bagian dari serangan terhadap situs militer Iran di negara tersebut.
Komunitas intelijen AS percaya bahwa Iran dan proksinya sedang mengkalibrasi tanggapan mereka terhadap intervensi militer Israel di Gaza untuk menghindari konflik langsung. Namun, Iran tidak memiliki kendali penuh atas kelompok-kelompok proksinya, termasuk Hizbullah, yang merupakan sekutu Hamas dan telah lama berperang melawan Israel.
Pejabat AS khawatir bahwa politik internal Hizbullah dapat meningkatkan ketegangan. Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dijadwalkan memberikan pidato penting pada hari Jumat, dan pejabat intelijen akan memantau sinyal-sinyal mengenai niat kelompok tersebut.