Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan gencatan senjata selama 5 hari dengan kelompok Hamas di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan beberapa sandera yang ditahan di wilayah tersebut pada awal perang. Menurut sumber yang mengetahui hal tersebut, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (10/11/2023), Netanyahu langsung menolak kesepakatan tersebut dalam perundingan segera setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 orang. Negosiasi dilanjutkan setelah meluncurkan serangan darat Israel pada 27 Oktober, namun Netanyahu terus mengambil tindakan keras terhadap proposal yang melibatkan gencatan senjata dengan jangka waktu berbeda dengan imbalan sejumlah sandera.
Pihak lain mengindikasikan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum invasi darat melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar, dengan Hamas mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza. Diperkirakan 240 orang disandera setelah pejuang dari Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok lain yang berbasis di Gaza, serta warga sipil, melintasi pagar perbatasan yang memisahkan wilayah tersebut dari kota-kota Israel dan kibbutzim. Kemarahan masyarakat dan tuntutan agar Israel memprioritaskan negosiasi penyanderaan makin meningkat, dengan keluarga korban yang ditahan di Gaza berkumpul di luar kediaman Netanyahu awal pekan ini.
Menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut, kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari, namun pemerintah Israel menolaknya dan menunjukkan penolakannya dengan melancarkan serangan darat. Adapun pengeboman Israel serta invasi darat yang berkelanjutan di ujung utara Jalur Gaza, yang dihuni 2,3 juta orang, telah menewaskan lebih dari 10.500 orang dalam sebulan terakhi dan melukai lebih dari 25.000 orang. Abu Obeida, juru bicara sayap militan Hamas, Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak dapat membebaskan lebih banyak sandera di tengah meningkatnya serangan.
Kemarahan masyarakat dan tuntutan agar Israel memprioritaskan negosiasi penyanderaan makin meningkat, dengan keluarga korban yang ditahan di Gaza berkumpul di luar kediaman Netanyahu awal pekan ini. Pihak lain mengindikasikan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum invasi darat melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar, dengan Hamas mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza. Diperkirakan 240 orang disandera setelah pejuang dari Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok lain yang berbasis di Gaza, serta warga sipil, melintasi pagar perbatasan yang memisahkan wilayah tersebut dari kota-kota Israel dan kibbutzim.
Kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari, namun pemerintah Israel menolaknya dan menunjukkan penolakannya dengan melancarkan serangan darat. Pihak lain mengindikasikan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum invasi darat melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar, dengan Hamas mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza.
Abu Obeida, juru bicara sayap militan Hamas, Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak dapat membebaskan lebih banyak sandera di tengah meningkatnya serangan. Jeda Kemanusiaan Pada Kamis, juru bicara dewan keamanan nasional AS John Kirby mengatakan Israel telah menyetujui “jeda kemanusiaan” selama empat jam setiap hari, dengan tujuan agar jeda kecil dalam pemboman dapat membantu keluarnya sandera dari Gaza
Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan gencatan senjata selama 5 hari dengan kelompok Hamas di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan beberapa sandera yang ditahan di wilayah tersebut pada awal perang. Menurut sumber yang mengetahui hal tersebut, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (10/11/2023), Netanyahu langsung menolak kesepakatan tersebut dalam perundingan segera setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 orang. Negosiasi dilanjutkan setelah peluncuran serangan darat Israel pada 27 Oktober, namun sumber yang sama mengatakan Netanyahu terus mengambil tindakan keras terhadap proposal yang melibatkan gencatan senjata dengan jangka waktu berbeda dengan imbalan sejumlah sandera.
Pihak lain mengindikasikan bahwa negosiasi yang dilakukan sebelum invasi darat melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar, dengan Hamas mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza. Diperkirakan 240 orang disandera setelah pejuang dari Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok lain yang berbasis di Gaza, serta warga sipil, melintasi pagar perbatasan yang memisahkan wilayah tersebut dari kota-kota Israel dan kibbutzim. Kemarahan masyarakat dan tuntutan agar Israel memprioritaskan negosiasi penyanderaan makin meningkat, dengan keluarga korban yang ditahan di Gaza berkumpul di luar kediaman Netanyahu awal pekan ini. Menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut, kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari, namun pemerintah Israel menolaknya dan menunjukkan penolakannya dengan meluncurkan serangan darat.
Adapun pengeboman Israel serta invasi darat yang berkelanjutan di ujung utara Jalur Gaza, yang dihuni 2,3 juta orang, telah menewaskan lebih dari 10.500 orang dalam sebulan terakhir dan melukai lebih dari 25.000 orang. Abu Obeida, juru bicara sayap militan Hamas, Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak dapat membebaskan lebih banyak sandera di tengah meningkatnya serangan. Jeda Kemanusiaan Pada Kamis, juru bicara dewan keamanan nasional AS John Kirby mengatakan Israel telah menyetujui “jeda kemanusiaan” selama empat jam setiap hari, dengan tujuan agar jeda kecil dalam pemboman dapat membantu keluarnya sandera dari Gaza. Kirby mengatakan Israel juga setuju untuk membuka koridor kedua bagi warga sipil untuk meninggalkan Kota Gaza. Letkol Richard Hecht, juru bicara militer Israel, mengatakan: “Tidak ada gencatan senjata, saya ulangi tidak ada gencatan senjata. Apa yang kami lakukan, jangka waktu empat jam itu, adalah jeda lokal yang taktis untuk bantuan kemanusiaan.” Jihad Islam Palestina merilis sebuah video yang menunjukkan dua sandera
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231111225924-4-297532/perundingan-israel-dan-hamas-terkait-pembebasan-sandera-digeser