Israel melanjutkan serangannya terhadap militan Hamas di Gaza usai Amerika Serikat (AS) menolak upaya luar biasa PBB untuk menyelesaikan konflik.
Pada hari Sabtu (9/12/2023) waktu setempat, pasukan pertahanan Israel terus menggempur Jalur Gaza dari utara hingga selatan, meskipun mayoritas negara yang voting dalam Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata.
Amerika Serikat menggunakan hak veto Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Israel dari permintaan global untuk gencatan senjata. Sebanyak 13 negara memilih untuk gencatan senjata, sedangkan Inggris memilih abstain.
Sejak gencatan senjata berakhir pekan lalu, Israel memperluas serangannya ke bagian selatan Jalur Gaza dengan meluncurkan penyerbuan kota selatan utama Khan Younis. Tensi pertempuran antara IDF dan Hamas juga meningkat di utara Gaza.
Warga Khan Younis melaporkan bahwa pasukan Israel telah memerintahkan orang-orang keluar dari wilayah yang diserbu Israel awal pekan ini, menunjukkan kemungkinan serangan lebih lanjut akan segera terjadi.
Sebagian besar dari total 2,3 juta penduduk Gaza telah dipaksa meninggalkan rumah mereka. Israel juga telah memblokir warga Gaza untuk melarikan diri di sepanjang rute utara-selatan, dan mendorong mereka menuju pantai Mediterania.
Ketegangan dan pertempuran di Gaza terus berlangsung, dengan korban tewas dan terluka terus bertambah. Rumah sakit di Gaza menyatakan sudah ada 133 orang tewas dan 259 orang terluka dalam 24 jam terakhir. Total korban akibat konflik ini sudah mendekati 17.500 jiwa, dengan ribuan lainnya hilang dan diduga tewas.
Pertempuran di utara Gaza menjadi yang paling intens, dengan ledakan besar terjadi di beberapa bagian Kota Gaza dan permukiman di tepi utara. Jumlah korban di bawah puing-puing diperkirakan lebih besar dari yang diterima di rumah sakit.
Konflik Israel-Palestina terus memakan korban hingga saat ini, tanpa tanda-tanda penyelesaian yang jelas.
Israel Membantah Resolusi Gencatan Senjata PBB dan Melancarkan Serangan ke Gaza
