PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum mengungkapkan bahwa hingga tahun 2030 mendatang perusahaan akan berinvestasi hingga Rp 90 triliun. Direktur Utama Inalum Danny Praditya mengatakan, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Inalum hingga tahun 2030, perusahaan terhitung membutuhkan investasi hingga Rp 90 triliun untuk pengembangan usaha. “Kita bicara gelondongannya ya, dengan semua rencana yang ada dalam RJPP kita sampai tahun 2030 atau mungkin dengan pengembangan lain sampai 2030, kurang lebih Rp 90 triliun,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia saat ditanya berapa kebutuhan investasi Inalum, dikutip Kamis (11/01/2024). Beberapa proyek pengembangan perusahaan yang tengah dikerjakan saat ini antara lain pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat yang direncanakan akan rampung dan sudah bisa uji coba produksi atau commissioning pada Semester I 2024. “Kita berharap di Semester I-2024 proyek Smelting Grade Alumina Refinery di Mempawah itu sudah bisa beroperasi atau sudah bisa di-commissioning,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pada bulan September atau Oktober 2024 SGAR diharapkan sudah bisa mulai beroperasi. “(SGAR) mulai berproduksi dan first delivery itu di bulan September atau Oktober 2024,” lanjutnya. Danny juga membeberkan bahwa progres pembangunan SGAR sudah melebihi target tahun 2023 lalu sebesar 80%. Dia mengatakan, per 31 Desember 2023 progres pembangunan SGAR sudah mencapai 83,2%. “Alhamdulllah dari target kita di tahun 2023 sebesar 80% sampai di 31 Desember 2023 sudah mencapai 83,2%,” ucapnya. Danny mengungkapkan dengan progres yang sudah melebihi target di tahun 2023 tersebut membuat pihaknya percaya diri untuk bisa menyelesaikan proyek tersebut pda bulan Juni 2024. “Sehingga diharapkan kita masih sangat confident dalam Juni (2024) kita bisa selesai,” tandasnya.
Selain itu, pada 2024 ini perusahaan juga berencana akan mengambil Keputusan Final Investasi atau Final Investment Decision (FID) pada dua proyek besar, yakni proyek ekspansi smelter aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, dan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 2 di Mempawah, Kalimantan Barat. “Kita berharap untuk bisa mencapai FID, Final Investment Decision, untuk 2 project, yang pertama adalah brownfield atau pengembangan smelter aluminium di Kuala Tanjung di Tanjung Gading ini dengan kapasitas 600 ribu (ton),” ungkapnya. Adapun proyek SGAR fase 2 ini akan meningkatkan kapasitas produksi alumina menjadi 3 juta ton dari saat ini 1 juta ton per tahun. “Kemudian yang kedua adalah SGAR fase 2 jadi yang existing sekarang 1 juta (ton). Kemudian akan di-expand menjadi antara 2 sampai 3 juta (ton). Nah ini juga sedang dalam kajian dan diharapkan FID-nya tahun depan,” tambahnya. Dengan begitu, dia mengatakan, jika semua proses berjalan dengan lancar, maka proses pembangunan SGAR fase 2 akan dilakukan pada tahun 2025 mendatang. “Kalau lancar mungkin kita akan start untuk membangunnya untuk construction di 2025,” pungkasnya. Adapun produksi aluminium Inalum pada 2024 ini ditargetkan naik menjadi 274.140 ton, dari sebelumnya sekitar 250.000 ton. Kenaikan produksi ini juga dipicu karena pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Arab yakni Emirates Global Alumina (EGA).