Tbilisi, CNBC Indonesia – Asia saat ini menghadapi masalah besar. Populasi di India, China, Korea Selatan, dan Indonesia akan didominasi oleh kelompok lanjut usia yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, atau dikenal sebagai “tua sebelum kaya”.
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari Bank Pembangunan Asia (ADB) yang berjudul Aging Well in Asia, yang dirilis pada Mei 2024.
ADB mencatat bahwa penduduk Asia menua dengan cepat. Jumlah lansia berusia 60 tahun ke atas sebanyak 13,5% pada tahun 2022 diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050.
Kelompok usia produktif antara 15-59 tahun juga mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Sementara itu, kelahiran mengalami penurunan terutama di negara Korea Selatan dan China.
“Kesejahteraan lansia harus menjadi fokus negara-negara di Asia,” kata Albert Park, Kepala Ekonom ADB dalam konferensi pers di Tbilisi, Georgia, Kamis (2/5/2024).
Penuaan yang cepat terjadi terutama di kalangan menengah bawah, dan ada kekhawatiran bahwa risiko orang menjadi tua sebelum kaya semakin meningkat. Data ADB menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem pada usia 65 tahun ke atas di negara-negara berkembang di Asia adalah 3,2% pada tahun 2016-2022, turun dari 13,1% pada tahun 2010-2015. Hal ini bisa menjadi masalah besar karena akan memperburuk ketimpangan dengan generasi muda.
Bagi kelompok yang masih produktif, kebanyakan dari mereka bekerja di sektor informal dengan penghasilan rendah tanpa jaminan sosial atau pensiun. Hal ini terutama dialami oleh laki-laki, sementara perempuan cenderung menghabiskan waktu sebagai ibu rumah tangga.
“Lansia juga mengalami masalah kesehatan yang serius. Di 9 negara berkembang di Asia, rata-rata 57% lansia didiagnosa dengan satu penyakit tidak menular (PTM), namun hanya 40% yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dan 43% lansia dengan keterbatasan fungsional tidak mendapatkan perawatan jangka panjang,” tambahnya.
ADB menyarankan agar pemerintah di masing-masing negara menciptakan kebijakan yang mendukung kesejahteraan lansia, dengan fokus pada empat dimensi: kesehatan, pekerjaan produktif, keamanan ekonomi, dan keterlibatan sosial.