Rusia dan Belarusia dilaporkan telah memulai latihan senjata nuklir. Hal ini dilakukan saat kedua negara bersekutu itu mendapatkan sanksi dari Barat pasca serangan Moskow ke Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa negara-negara tersebut telah mulai mempraktikkan penggunaan senjata nuklir non-strategis dalam pertempuran bersama. Latihan tersebut dimulai pada 21 Mei di Distrik Militer Selatan Rusia.
“Latihan bertujuan untuk mempersiapkan pasukan dan peralatan untuk menjamin kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan tanpa syarat. Ini juga terkait pernyataan dan ancaman provokatif terhadap Rusia,” ujar lembaga pemerintahan Moskow itu dikutip Newsweek, Kamis (13/6/2024).
Kementerian merilis video dari lokasi yang tidak ditentukan yang menunjukkan sistem rudal Iskander sedang digerakkan dan rudalnya diangkat. Juga dalam klip tersebut terdapat pencegat supersonik MiG-31 dengan rudal Kinzhal dan pembom supersonik jarak jauh Tupolev Tu-22M3.
Latihan ini diadakan saat retorika perang nuklir terus memuncak aliansi militer Barat, NATO, melawan Rusia. Pejabat Rusia juga telah mengkritik skema pembagian nuklir NATO, di mana beberapa senjata Amerika Serikat (AS) disimpan di negara-negara non-nuklir, termasuk Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki.
Akhir Mei lalu, Vladimir Kulishov, wakil direktur pertama Dinas Keamanan Federal (FSB) dan kepala Dinas Penjaga Perbatasan Rusia, menyebut NATO sedang bersiap menyerang negaranya dengan nuklir.
“Operasi intelijen NATO di dekat perbatasan Rusia tengah meningkat. Pasukan aliansi tengah mengintensifkan pelatihan militer, di mana mereka menyusun skenario militer terhadap Federasi Rusia, termasuk serangan nuklir di wilayah kami,” ujarnya kepada kantor berita RIA Novosti.
Pernyataan ini ditolak keras oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg. Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi tersebut telah mendengar tudingan seperti itu berkali-kali sebelumnya. Menurutnya, ini dilakukan Moskow untuk menekan NATO agar berhenti membantu Ukraina.
Belarusia terus diasumsikan memberikan dukungan penuh kepada Moskow dalam serangan ke Ukraina. Diketahui, Presiden Belarus Alexander Lukashenko merupakan sekutu terdekat Putin.
Tahun lalu, hulu ledak taktis Rusia diangkut ke Belarus, yang notabenenya merupakan tetangga dari negara-negara NATO, Polandia dan Lithuania. Hal ini dilakukan setelah Minsk memperkenalkan doktrin militernya kemungkinan menggunakannya dalam menanggapi ancaman eksternal.
Putin bersikeras bahwa senjata di Belarus sepenuhnya berada di bawah kendali Moskow. Institut Studi Perang mencatat pada bulan Januari bahwa tidak ada indikasi Rusia atau Belarusia menginginkan eskalasi nuklir.