Pada hari kedelapan bulan puasa Ramadan, para pedagang serempak menaikkan harga ayam per ekornya untuk ukuran besar menjadi Rp 40.000. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi pada Juni 2024, di mana kelompok penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,14%. Daging ayam ras menjadi salah satu penyebab deflasi sebesar 0,05%.
Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni mengatakan bahwa deflasi selama dua bulan berturut-turut tidak menguntungkan masyarakat maupun peternak. Penurunan daya beli masyarakat menyebabkan harga turun meskipun biaya produksi peternak tinggi. Harga daging ayam ras memang turun signifikan, namun hal ini hanya menguntungkan perusahaan penjual bibit dan produsen pakan ternak.
Rata-rata harga ayam hidup di kandang per kilogramnya berada di angka Rp19.000-Rp20.000, sedangkan biaya pokok produksi di atas Rp20.000-Rp21.000 per kilogram. Hal ini menyebabkan para peternak tidak mendapat untung dari harga jual ayam. Pardjuni juga menyinggung bahwa harga sapronak (sarana produksi peternakan) masih tinggi meskipun harga jagung turun.
Panel Harga Badan Pangan mencatat harga daging ayam turun menjadi Rp36.330 per kilogram pada 3 Juli 2024. Harga tertinggi daging ayam tahun ini adalah Rp38.450 per kilogram, terjadi pada bulan April 2024. Event BPS, baca selengkapnya di sini.