Pecahnya perang baru di Timur Tengah tampaknya semakin dekat. Israel bersumpah akan membalas dendam kepada Lebanon sementara Iran memberikan peringatan.
Ini terungkap ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bersumpah akan menyerang musuh dengan keras setelah tembakan roket dari Lebanon menewaskan 12 anak muda di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi oleh Israel. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik di Gaza dapat meluas.
Serangan roket yang mematikan terjadi di Majdal Shams, sebuah wilayah di mana penduduknya adalah penganut Druze yang berbahasa Arab. Peristiwa tersebut mendorong Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk pulang lebih awal dari Amerika Serikat, di mana ia sebelumnya menghadiri beberapa acara termasuk berpidato di Kongres dan bertemu dengan sejumlah tokoh termasuk Presiden AS Joe Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, dan mantan Presiden AS Donald Trump.
Hizbullah dituduh sebagai pelaku serangan ini, namun Hizbullah membantah keterlibatan mereka. Serangan roket di Majdal Shams menimbulkan korban berusia antara 10 hingga 16 tahun, termasuk seorang anak laki-laki yang hingga saat ini masih hilang.
Di sisi lain, Iran memperingatkan Israel bahwa setiap tindakan agresi di Lebanon dapat berakibat tidak terduga. Iran mendukung Hizbullah meskipun Hizbullah membantah keterlibatan mereka dalam serangan tersebut.
Kemungkinan adanya kesalahan tembakan dari militer Israel juga tidak bisa diabaikan. Seorang ahli militer menyebut bahwa posisi yang menjadi target Hizbullah sebenarnya berjarak cukup jauh dari kota, sehingga masih termasuk dalam batas kesalahan dari roket yang tidak akurat. Namun, penyelidikan independen dianggap perlu untuk mengungkap kebenaran.
Hingga saat ini, ketegangan antara Israel, Lebanon, dan Iran semakin meningkat. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah yang sudah rentan dengan kekerasan dan ketegangan politik.