Indonesia akan menjadi tuan rumah High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 yang diselenggarakan di Bali pada 1-3 September 2024. Lewat pertemuan tersebut, Indonesia berharap akan tercipta pembiayaan kreatif untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Kami mengharapkan benefit yang tidak hanya ekonomi, tapi kami ingin memperkuat kolaborasi dalam melakukan percepatan SDGs,” kata Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bogat Widyatmoko dikutip Jumat, (30/8/2024).
Bogat menuturkan saat ini beberapa sasaran SDGs terutama di negara-negara berkembang belahan bumi selatan masih tertinggal dibandingkan negara maju. Penyebab utama ketertinggalan itu adalah sulitnya mendapatkan pembiayaan. “Salah satu kendala dalam pencapaian ini adalah pembiayaan,” kata dia.
Karena itu, Bogat menuturkan dalam pertemuan HLF-MSP 2024 negara-negara peserta akan membahas dan merumuskan pembiayaan alternatif. Penciptaan pembiayaan alternatif dan kreatif itu perlu dilakukan untuk mempercepat pencapaian target SDGs.
“Ini yang coba kita atasi bersama dengan berbagi pemikiran untuk merumuskan pembiayaan alternatif untuk berbagai macam upaya SDGs,” ujar dia.
Perlu diketahui, SDGs adalah serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang. SDGs memiliki 17 tujuan yang saling terkait dan saling mendukung untuk mengatasi berbagai tantangan global. Beberapa target yang telah ditetapkan misalnya dunia tanpa kelaparan, tanpa kemiskinan, pendidikan berkualitas, air bersih layak, energi bersih dan terbarukan, berkurangnya kesenjangan dan sebagainya.
Indonesia sendiri telah mengadopsi SDGs dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Merujuk pada laporan tahunan SDGs 2022, Indonesia sudah berhasil mencapai kemajuan signifikan dalam banyak indikator kesejahteraan.
Pada tahun itu tercatat 62% atau 138 indikator dari 224 indikator SDGs telah mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Nasional SDGs 2021-2024.
Meski Indonesia berhasil menorehkan capaian apik dalam program SDGs, kondisi sebaliknya justru dialami dunia. Bogat mengatakan pelambatan capaian SDGs dunia mulai terjadi setelah pandemi Covid-19. Perlambatan ini dipicu salah satunya oleh fragmentasi global akibat ketegangan geopolitik. “Ini semua mengakibatkan capaian SDGs menjadi sedikit off the track,” kata dia.
Bogat menuturkan keberhasilan mencapai program SDGs amat dibutuhkan karena saat ini dunia tengah dihadapi triple planetary crisis. Istilah tersebut merujuk pada fenomena krisis berskala planet yang disebabkan perubahan iklim, kehilangan biodiversitas, serta polusi dan sampah. “Kita sering melupakan bahwa triple planetary crisis sebenarnya amat nyata dan ancaman ini tidak bisa selesai dengan business as usual,” katanya.
Oleh karena itu, Bogat mengatakan sebagai tuan rumah HLF-MSP 2024, Indonesia akan mengangkat salah satu tema, pengembangan ekonomi biru dan ekonomi hijau (blue and green economy). Dia mengatakan pengembangan dua sektor ekonomi ini diyakini akan memberikan manfaat baik bagi perekonomian maupun lingkungan.
“Blue dan green economy inilah yang menjadi salah satu alternatif dan gamechanger dalam HLF-MSP guna menyelesaikan permasalahan dunia,” kata dia.