portal berita online terbaik di indonesia

PD 3 Minggir! Kiamat Baru Akan Segera Menyerang Bumi, Memicu 9 Peperangan

Jakarta, CNBC Indonesia – ‘Kiamat’ baru diyakini akan menghantam bumi. Ini terkait air.
Warga bumi akan segera merasakan kekurangan air. Perang air bisa berlangsung dan menyita waktu yang lama.
Hal ini bukan tanpa sebab. Sejumlah tokoh global termasuk pejabat tinggi PBB sudah menyuarakan keprihatinan akan air ini.
Meningkatnya persaingan untuk mendapatkan air di daerah yang sudah gersang, di samping efek gabungan dari perubahan iklim, telah menyebabkan banyaknya berita utama terkait air dalam beberapa bulan terakhir.

Seorang profesor madya di departemen geografi dan lingkungan di Universitas Villanova di Pennsylvania, Francis Galgano mengidentifikasi sembilan daerah aliran sungai internasional sebagai titik api potensial.
“Saya sangat berharap saya salah,” katanya dimuat CNBC International, Jumat (6/9/2024).
“Tetapi ini adalah posisi saya dan tentu saja data tampaknya mendukung hal ini,” tegasnya.
Secara rinci ia menjelaskan sembilan daerah aliran sungai yang menjadi titik api konflik. Dikatakannya ada yang sudah terjadi, ada pula yang berpotensi tinggi terjadi.

Daerah aliran sungai ini termasuk di cekungan Sungai Nil di Afrika lalu cekungan Sungai Tigris-Efrat di Asia barat daya. Ada pula Sungai Helmand dan Harirud di sepanjang perbatasan Afghanistan dan Iran.
“Di cekungan Sungai Nil, negara-negara riparian (yang merujuk pada negara-negara yang terletak di sepanjang sungai) sejauh ini belum dapat mencapai kesepakatan mengenai bendungan yang sangat kontroversial,” jelasnya mencontohkan.
“Dan, Mesir secara resmi telah mengumumkan bahwa mereka akan berperang,” katanya merujuk ketegangan Mesir dan Ethiopia selama bertahun-tahun atas pembangunan bendungan hidroelektrik senilai US$4 miliar di anak sungai utama Sungai Nil oleh Adis Ababa.
“Mesir khawatir Bendungan Grand Ethiopian Renaissance (GERD) akan berdampak buruk pada pasokan air dan irigasi di hilir kecuali Ethiopia memperhitungkan kebutuhannya. Ada kekhawatiran yang terus berlanjut bahwa situasi tersebut dapat memicu konflik skala penuh,” jelasnya.

Menurutnya ini masalah yang nyata. Perjanjian sejak 2011 yang tak pernah terselesaikan menjadi bukti.
Selain itu, titik api lain juga muncul di Turki, Suriah dan Irak. Ini masih terkait alur Sungai Tigris-Efrat.
“Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tampaknya lebih bersikukuh pada posisi nasionalisnya yang terisolasi … kemudian membuat Irak dan Suriah benar-benar terpuruk,” kata Galgano menyebut perebutan sumber air di wilayah ini.
Belum lagi di Himalaya, dengan China. Dikatakannya bagaimana Beijing mendominasi sehingga mengganggu negara Himalaya lain.
“Sama halnya dengan Sungai Brahmaputra dan Sungai Indus di wilayah antara India, Pakistan, dan Nepal. Itu semua merupakan titik api global yang hebat,” tambahnya lagi menyebut arena konflik lain karena air.
Sementara itu, Stockholm International Water Institute (SIWI), sebuah lembaga nirlaba yang fokus pada tata kelola air, tak memungkiri air bisa menjadi masalah antar negara di dunia. Tapi, ditegaskannya air juga dapat menjadi jembatan menuju negosiasi damai daripada pemicu perang.
Perlu diketahui di 2023, World Resources Institute memperingatkan bahwa kerugian akibat air bisa mencapai US$70 triliun atau 31% dari produk domestik bruto global. Masalah akan semakin besar di 2050.

Exit mobile version