Kematian pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, merupakan pukulan berat bagi kelompok tersebut yang sedang berperang melawan Israel di Gaza. Dilansir oleh Associated Press, Sinwar merancang serangan terhadap Israel yang mengguncang dunia dan menjadi awal dari perang terbaru di wilayah Gaza. Tidak ada figur lain di Gaza yang lebih berpengaruh dalam menentukan jalannya perang selain Sinwar.
Pada Kamis (17/10/024), Israel mengumumkan bahwa pasukannya di Gaza telah membunuh Sinwar, meskipun belum ada konfirmasi langsung dari Hamas mengenai kematiannya. Sinwar dipilih untuk menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas setelah Haniyeh tewas dalam ledakan yang disalahkan pada Israel.
Sinwar telah melakukan negosiasi dengan Israel untuk mencoba mengakhiri konflik, termasuk memperjuangkan pembebasan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel. Dia juga bekerja untuk mendekatkan hubungan antara Hamas dengan Iran dan sekutu-sekutunya.
Bagi Israel, Sinwar merupakan tokoh yang menakutkan. Dia selalu menantang Israel dan dihormati oleh orang Palestina karena keberaniannya melawan Israel. Namun, Sinwar juga ditakuti karena cara brutalnya dalam menyikapi kolaborator yang bekerja dengan Israel.
Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza pada tahun 1962 dan bergabung dengan Hamas pada tahun 1987. Dia kemudian dipenjara oleh Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setelah dibebaskan pada tahun 2011, Sinwar kembali ke Gaza dan memainkan peran penting dalam kepemimpinan Hamas di wilayah tersebut.
Sinwar dikenal sebagai orang yang kejam dan memiliki reputasi sebagai dalang di balik beberapa pembunuhan dalam Hamas. Dia juga telah terpilih sebagai kepala biro politik Hamas di Gaza dan bekerja sama dengan Iran dan Hezbollah untuk memperkuat Hamas secara militer.
Demikianlah gambaran mengenai Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang baru dan menjadi musuh nomor satu Israel.