Lansia di Jepang mulai menjadi sorotan karena banyak yang terlibat dalam tindak kriminal. Meskipun Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki budaya yang sejahtera dan berbudaya, ternyata lansia di sana menghadapi masalah tersendiri. Banyak lansia yang akhirnya ada di balik jeruji besi karena alasan ekonomi dan sosial. Mereka merasa bahwa penjara adalah tempat terbaik untuk menyambung hidup, karena di sana mereka mendapatkan tempat tinggal, layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar terpenuhi.
Masalah ini semakin kompleks karena jumlah lansia yang terlibat dalam tindak kriminal di Jepang meningkat secara signifikan dalam 20 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan adanya kesulitan dalam menyambung hidup di usia tua di tengah biaya hidup yang meningkat dan rasa kesepian karena ditinggalkan oleh keluarga. Baik laki-laki maupun perempuan lansia, seperti kasus Toshio Takata dan Takako Suzuki, memiliki alasan yang berbeda untuk masuk penjara.
Pemerintah Jepang mulai menanggapi permasalahan ini dengan lebih lunak terhadap narapidana lansia dan menggunakan penjara sebagai tempat rehabilitasi. Namun, hal ini menimbulkan dampak di mana sebagian lansia justru betah di dalam penjara dan menganggapnya sebagai tempat bersantai, seperti sebuah panti jompo.
Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti dan ahli merekomendasikan adanya jaringan pengaman yang kuat dalam masyarakat Jepang. Selain itu, perubahan pola pikir masyarakat tentang keluarga dan usia tua juga diperlukan untuk mengurangi kasus para lansia yang memilih menjadi kriminal demi kesejahteraan dan kesepian yang mereka alami. Dengan populasi lansia yang terus meningkat di Jepang, langkah-langkah preventif dan perubahan sosial menjadi kunci untuk mengatasi tren ini.