Rupiah yang masih tertekan di awal tahun 2025 menimbulkan kekhawatiran bagi pasar keuangan. Dalam perdagangan Jum’at (03/01), nilai tukar Rupiah terus melemah, berada di sekitar level Rp16.200-an per Dolar AS. Situasi ini dipicu oleh penguatan Indeks Dolar yang menyebabkan potensi pemangkasan suku bunga The Fed terbatas akibat kebijakan Donald Trump.
Bank Indonesia telah melakukan langkah tepat untuk menjaga stabilitas Rupiah dengan melakukan triple intervention melalui lelang SRBI yang menawarkan yield sebesar 7,2%. Hal ini diharapkan dapat menarik aliran modal. Namun, tingginya kebutuhan pendanaan pemerintah setelah pembatalan penerapan PPN 12% telah membuat harga obligasi terjepit dan berpotensi memengaruhi nilai tukar Rupiah.
Dampak dari tekanan Rupiah tidak hanya dirasakan oleh Bank Indonesia, tetapi juga oleh para Manajer Investasi dalam menyusun strategi rebalancing. Pertemuan antara Anneke Wijaya dengan Direktur PT Panin Asset Management, Rudiyanto dalam acara Power Lunch di CNBCIndonesia (Jum’at, 03/01/2025) membahas lebih lanjut tentang bagaimana kebijakan BI akan merespons tekanan ini, efeknya pada strategi investasi, dan sektor-sektor yang dapat menjadi pilihan untuk para Manajer Investasi.