Berita  

Krisis Terbaru Mengguncang Negara Tetangga, Warga RI Terancam

Permasalahan krisis perumahan di Australia semakin memburuk, terutama dialami oleh generasi muda. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga riset asal Inggris, Gallup, pada tahun 2024 sebanyak 76% warga Australia merasa tidak puas dengan ketersediaan perumahan yang baik dan terjangkau. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, seperti kurangnya investasi dalam perumahan umum, tingginya tingkat imigrasi, dan keterlambatan konstruksi akibat pandemi.

Krisis keterjangkauan perumahan semakin meningkat di Australia, dengan rasio harga rumah terhadap pendapatan hampir dua kali lipat antara tahun 2002 dan 2024. Hal ini menyebabkan harga rumah rata-rata di Australia menjadi hampir sembilan kali lipat dari pendapatan rumah tangga rata-rata, serta meningkatnya harga sewa lebih dari dua kali lipat dalam periode yang sama. Dampaknya paling terasa bagi generasi muda dan rumah tangga berpenghasilan rendah, yang memiliki keterbatasan dalam sumber daya ekonomi untuk menghadapi lonjakan harga.

Tidak hanya itu, kaum muda juga terkena dampak yang cukup besar oleh krisis perumahan ini. Tingkat kepemilikan rumah di kalangan orang dewasa muda mencapai rekor terendah, sementara usia rata-rata pembeli rumah pertama kali telah meningkat menjadi sekitar 35 tahun dari usia sebelumnya 25 tahun. Hal ini menunjukkan adanya perjuangan yang berat bagi kaum muda untuk membeli rumah atau bahkan tinggal di pasar sewa yang semakin tidak bersahabat.

Adanya ketidakpuasan terhadap kondisi perumahan domestik di Australia juga menjadikan negara tersebut sebagai salah satu yang paling tidak puas di antara negara-negara OECD. Hanya Turki yang memiliki tingkat ketidakpuasan lebih tinggi daripada Australia pada tahun 2024. Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi terkait perumahan, Australia dihadapkan pada tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang terjangkau bagi warganya.

Exit mobile version