Amerika Serikat menolak menjadi sponsor bersama dalam rancangan resolusi PBB yang memperingati tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina. Langkah ini menandai perubahan sikap yang signifikan dari sekutu utama Kyiv. Washington juga menolak frasa dalam pernyataan yang direncanakan oleh negara-negara G7 yang mengutuk agresi Rusia. Keputusan AS ini menimbulkan kekhawatiran di antara sekutu Ukraina, mengingat AS sebelumnya selalu mendukung resolusi serupa dalam dua peringatan tahunan sebelumnya.
Dengan pemungutan suara Majelis Umum PBB dijadwalkan pada Senin depan, sikap AS masih belum jelas. Rancangan resolusi yang disponsori oleh lebih dari 50 negara ini menegaskan dukungan terhadap integritas wilayah Ukraina dan menuntut Rusia menarik pasukannya secara penuh, segera, dan tanpa syarat. Namun, AS menolak untuk menandatangani resolusi tersebut, sehingga negara-negara pendukung Ukraina mencari dukungan dari negara-negara Global South.
Penolakan AS juga terjadi dalam penggunaan frasa ‘agresi Rusia’ dalam pernyataan G7 yang akan dikeluarkan pekan depan. Diplomat dan analis politik diragukan dengan keputusan AS ini karena peran diplomatik dan militer AS selama ini menjadi faktor kunci dalam ketahanan Ukraina terhadap invasi Rusia.
Salah satu alasan utama perubahan sikap AS adalah strategi pemerintahan Donald Trump yang ingin mengakhiri perang dengan cepat melalui negosiasi langsung dengan Moskow. Trump telah mengirimkan tim untuk berunding dengan Rusia tanpa melibatkan Ukraina. Hal ini memperburuk hubungan antara Washington dan Kyiv. Sebelumnya, Zelensky menolak kesepakatan perdagangan mineral dengan AS. Keputusan AS ini memunculkan guncangan besar dalam diplomasi internasional karena Ukraina mengandalkan dukungan militer dan politik dari Washington sejak perang dimulai.
Dengan posisi Ukraina yang semakin rentan tanpa dukungan AS, keuntungan diplomatik bagi Rusia dapat menjadi dampak dari keputusan AS untuk tidak lagi mendukung resolusi PBB.