Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah melancarkan serangan ke kelompok Houthi di Yaman yang menewaskan setidaknya 31 orang dan melukai 101 lainnya. Sebelumnya, Trump telah memperingatkan penguasa Yaman terkait serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah yang berkaitan dengan kepentingan Israel dan Barat dalam menghentikan perang di Gaza. Serangan tersebut terjadi di beberapa wilayah Yaman, seperti Sanaa, Saada, Al-Bayda, dan Radaa, dengan korban sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.
Dalam unggahan media sosial, Trump mengancam untuk menghentikan perlawanan Houthi dengan kekuatan mematikan luar biasa. Ia juga memperingatkan Iran sebagai pendukung utama Houthi. Di sisi lain, Houthi bersumpah untuk memberikan respons terhadap serangan AS, sementara Iran mengutuk serangan tersebut sebagai brutal dan melanggar prinsip Piagam PBB.
Serangan Houthi terhadap kapal di Laut Merah telah memaksa banyak perusahaan untuk mengambil jalur memutar yang mahal di sekitar Afrika selatan. Hal ini memengaruhi lalu lintas pelayaran dunia yang vital, menghubungkan Asia ke Eropa melalui Terusan Suez di Mesir. Sejak merebut Sanaa pada tahun 2014, Houthi telah menjadi fokus bagi koalisi yang dipimpin Arab Saudi untuk menenangkan situasi di Yaman yang telah dilanda perang dan menghancurkan negara yang sudah miskin tersebut.
Dalam konteks ini, respons dari Iran dan ketegangan antara AS, Houthi, dan Iran menjadi sorotan internasional. Peran Trump dalam mengancam dan melancarkan serangan udara di Yaman menimbulkan reaksi keras dari pihak terkait, memunculkan ketegangan lebih lanjut di kawasan tersebut.