Saat ini, Siprus dilanda krisis air yang serius, bahkan sebelum memasuki musim liburan musim panas. Kekeringan di pulau di Laut Tengah tersebut telah menjadi isu penting yang dibahas di Parlemen Eropa. PBB mengklasifikasikan Siprus sebagai negara yang mengalami ‘tekanan air’ karena sumber daya airnya turun di bawah 1700 meter kubik per penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, Parlemen Eropa mendorong langkah-langkah konkrit seperti peningkatan penggunaan air limbah, penghematan air, dan efisiensi air dalam sektor industri dan pertanian di Siprus.
Situasi kekeringan di Siprus diperburuk oleh perubahan iklim yang memengaruhi kemampuan negara ini dalam mengelola sumber daya airnya. Upaya untuk mengatasi krisis air ini mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab, yang telah mengirimkan 13 unit desalinasi bergerak secara gratis kepada Siprus. Meskipun demikian, Menteri Pertanian Maria Panayiotou menekankan pentingnya tetap menghemat penggunaan air meskipun adanya bantuan ini.
Meskipun Siprus memiliki jaringan waduk yang luas, negara ini semakin bergantung pada desalinasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hingga saat ini, waduk terbesar di Siprus hanya terisi 21,7%, memperlihatkan tingkat kekeringan yang signifikan. Negara ini telah memiliki empat pabrik desalinasi besar sebagai langkah antisipasi terhadap menurunnya curah hujan. Inisiatif dari Raja Arab memberikan harapan dalam menghadapi krisis air yang terus melanda Siprus.