Persaingan di pasar mobil listrik Tiongkok semakin ketat, dampaknya dirasakan tidak hanya di dalam negeri tetapi juga secara global. BYD, raksasa industri, baru saja mengumumkan serangkaian diskon harga untuk beberapa model mobil bertenaga baterai dan hibrida kelas bawah, dengan potongan harga mencapai hampir 30% atau lebih. Langkah ini membuat industri otomotif agak resah, seperti yang diungkapkan oleh Zhong Shi, seorang analis di Asosiasi Dealer Mobil Tiongkok.
Produsen mobil lainnya di Tiongkok juga mulai mengikuti langkah BYD ini, menunjukkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan yang terus mendorong deflasi dalam pasar tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar mobil listrik Tiongkok telah menjadi perang harga, sebagian dipicu oleh Tesla. Namun, kali ini, produsen mobil tradisional, termasuk perusahaan milik negara, merasakan tekanan yang signifikan karena pangsa kendaraan energi baru semakin meningkat.
Industri EV di Tiongkok menjadi sorotan terutama setelah Ketua Great Wall Motors, Wei Jianjun, memperingatkan tentang potensi krisis di industri otomotif yang belum meledak, menggambarkan pertumbuhan yang cepat mirip dengan sektor real estat negara. Evergrande, yang dulunya menjadi raksasa real estat di Tiongkok, mengalami kebangkrutan pada akhir tahun 2021.
Diskon harga BYD yang terbaru menyoroti tren penurunan harga mobil rata-rata di Tiongkok, sementara di Amerika Serikat harga mobil listrik justru mengalami kenaikan. Laporan mencatat bahwa kendaraan hibrida dan bertenaga baterai di Tiongkok mengalami pemotongan harga yang lebih besar dalam dua tahun terakhir dibandingkan dengan mobil bertenaga bahan bakar tradisional.
Dengan kondisi pasar yang terus berubah dan persaingan yang semakin ketat, produsen mobil di Tiongkok harus menyesuaikan strategi mereka untuk tetap bersaing. Diharapkan bahwa kebijakan pemerintah yang mendukung konsumsi dan pertumbuhan ekonomi dapat membantu industri otomotif untuk keluar dari perang harga yang terus berlangsung.
