Mesir sedang mempertimbangkan pembelian jet tempur siluman generasi kelima J-35 buatan China, yang dianggap dapat mengubah keseimbangan kekuatan militer di Timur Tengah. Meskipun belum ada konfirmasi resmi, langkah ini dianggap sebagai tanda bahwa Mesir mulai membuka diri terhadap pengaruh Beijing, terutama dalam konteks ketegangan dengan Amerika Serikat, sekutu lama mereka. Sebagaimana dilaporkan oleh Army Recognition Group, Panglima Angkatan Udara Mesir, Letnan Jenderal Mahmoud Abdel Gawad, menunjukkan minatnya terhadap jet tempur J-35.
J-35 dipandang sebagai pesaing langsung F-35 buatan AS yang telah lama mendominasi pasar alutsista global. Langkah Mesir yang terlihat dalam peringatan 45 tahun hubungan militer Mesir-China menunjukkan ketertarikan yang konkrit terhadap J-35. Menurut Jenderal (Purn) Sayed Ghoneim dari Institute for Global Security and Defense Affairs (IGSDA), langkah ini bisa diinterpretasikan sebagai upaya untuk menekan AS agar lebih fleksibel terhadap permintaan Mesir akan jet tempur canggih. Mesir, yang sedang berupaya memodernisasi armada F-16, menghadapi kendala dalam segi pembiayaan dan persyaratan ketat dari negara-negara Barat.
Dalam konteks yang sama, Pakistan telah beralih ke China sebagai mitra militer utama dan menggunakan jet tempur J-10C buatan China dalam konflik udara dengan India. Apabila Mesir benar-benar melakukan pembelian J-35, hal ini dapat mengurangi ketergantungan militer Mesir pada persenjataan AS dan membawa perubahan strategis yang signifikan. Namun, masih terdapat pertanyaan mengenai sejauh mana China bersedia mengekspor teknologi sensitif seperti J-35 ke Mesir yang memiliki hubungan historis dengan NATO. Mesir telah melakukan diversifikasi senjata dalam beberapa tahun terakhir dan pembelian J-35 dapat menjadi pintu masuk bagi China ke kawasan yang biasanya didominasi oleh Barat.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke Mesir, yang dianggap sebagai “titik balik” dalam penguatan kerja sama bilateral di tengah ketidakstabilan global dan regional. Jadi, Mesir dan China terus menjajaki hubungan yang lebih erat di bidang militer, yang dapat mengubah dinamika kekuatan di kawasan Timur Tengah.