Liburan sekolah telah usai dan Tahun Ajaran Baru sudah dimulai di Jakarta. Meskipun biasanya periode libur sekolah ini menjadi momen yang menguntungkan bagi pelaku usaha di sektor pariwisata, namun sayangnya hal tersebut tidak terjadi di Jakarta. Geliat sektor perhotelan masih stagnan meski liburan sekolah telah dimulai sejak akhir bulan Juni lalu. Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, menegaskan bahwa orang Jakarta cenderung pergi ke luar daerah ketika liburan, sehingga okupansi hotel di Jakarta tidak meningkat. Hal ini menuntut para pelaku usaha perhotelan di Jakarta untuk mencari strategi baru agar tetap bertahan di tengah kondisi sulit ini, meskipun sudah melakukan langkah efisiensi dalam operasional mereka.
Hotel-hotel di Jakarta juga terdampak negatif setelah pengurangan agenda dan rapat pemerintahan di hotel, menyebabkan penurunan okupansi hingga mencapai 100%. Meski hotel bintang rendah seperti bintang 1, 2, atau 3 mengalami kesulitan yang lebih besar dibandingkan hotel bintang atasnya, namun okupansi secara umum belum menunjukkan peningkatan signifikan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberlakukan pemotongan pajak barang dan jasa perhotelan sebesar 50% selama dua bulan pertama, diikuti dengan pengurangan 20% untuk dua bulan berikutnya. Meski demikian, kuncinya tetap pada permintaan yang belum tumbuh.
Iwantono menyambut baik kebijakan tersebut, tetapi menggarisbawahi bahwa peningkatan permintaan tetap menjadi tantangan. Pelaku usaha di sektor perhotelan di Jakarta perlu cermat dalam melakukan promosi dan strategi lainnya untuk menarik lebih banyak tamu mengingat kondisi hotel masih mengalami penurunan okupansi.