Rusia disebut memiliki dorongan kuat untuk meningkatkan penggunaan senjata nuklir berkekuatan lebih besar di tengah penguatan pertahanan udara dan persenjataan rudal oleh negara-negara Barat. Menurut laporan terbaru dari Royal United Services Institute (RUSI), lembaga kajian pertahanan asal Inggris, strategi nuklir Rusia tampaknya berada di titik kritis. Moscow meyakini bahwa kemampuan Washington dan sekutu NATO untuk melumpuhkan serangan nuklir Rusia semakin meningkat, terutama dengan penguatan pertahanan udara dan persenjataan rudal jarak menengah. Kondisi ini memberikan dorongan bagi Kremlin untuk menggunakan senjata nuklir dalam skala lebih besar daripada sebelumnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menempatkan pasukan penangkal nuklir dalam siaga tinggi sejak invasi ke Ukraina pada awal 2022. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov bahkan menyebut risiko konflik nuklir saat ini sangat besar. Keputusan Rusia untuk tidak lagi terikat pada pembatasan rudal nuklir maupun konvensional jarak pendek-menengah serta rencana untuk mengirim rudal balistik jarak menengah Oreshnik ke Belarus menimbulkan kekhawatiran di dunia internasional.
Kedua negara, AS dan Rusia, merupakan penguasa sebagian besar persenjataan nuklir dunia. Diperkirakan Rusia memiliki 1.000-2.000 hulu ledak nuklir taktis, menyusul AS yang hanya memiliki sekitar 200, dengan separuhnya ditempatkan di Eropa. Perjanjian New START yang membatasi senjata strategis seperti rudal balistik antarbenua dan perjanjian penting lain seperti INF telah berakhir atau sedang dikembangkan kembali oleh kedua negara.
Kendati demikian, sementara AS dan Rusia terus mengembangkan rudal jarak menengah, kekhawatiran akan potensi konflik nuklir semakin meningkat. Ide-ide dari masa Perang Dingin seperti penggunaan senjata berdaya ledak rendah untuk perang nuklir terbatas dan pengerahan kembali rudal yang sebelumnya dilarang kembali menjadi topik pembicaraan. Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan para ahli dan mengundang perhatian dunia internasional terhadap potensi konflik nuklir yang dapat terjadi.