Setelah Grand Prix Italia, Helmut Marko dan Max Verstappen masing-masing memberikan pujian untuk Laurent Mekies. Marko menyebut bahwa Red Bull kini tidak hanya mengandalkan simulator secara membabi buta, melainkan memiliki “filosofi baru”. Verstappen menambahkan bahwa Mekies menciptakan dialog yang efektif, penting dalam berkomunikasi dengan para pembalap dan insinyur. Meskipun begitu, Mekies sendiri menolak untuk menyatakan bahwa kontribusinya berdampak pada kemenangan Verstappen di Monza, yang merupakan kemenangan pertama setelah Horner diberhentikan. Menurut Mekies, sukses tim lebih merupakan hasil kolaborasi dari seluruh tim daripada peran individu seperti dirinya.
Kinerja baik Red Bull di Monza merupakan hasil dari perencanaan jangka panjang yang melibatkan Mekies. Tim telah membekali mobil dengan paket sayap belakang low-downforce spesifik untuk Monza, serta memperbaiki set-up yang pernah salah tahun sebelumnya. Setelah Verstappen menyarankan untuk tetap menggunakan set-up tersebut sebelum kualifikasi, tim pun melakukan penyesuaian yang berhasil. Kombinasi dari umpan balik pembalap dan analisis tim teknis memainkan peran penting dalam kesuksesan tersebut.
Perbedaan pendekatan antara Mekies dan Horner dalam memimpin tim terlihat jelas di Red Bull. Meskipun Horner sering dianggap sebagai otak di balik sukses tim, Mekies lebih suka kerendahan hati dan mengakui bahwa kesuksesan adalah hasil tim secara keseluruhan. Keterlibatan semua anggota tim, termasuk teknisi seperti Pierre Wache, dalam kesuksesan tim merupakan strategi manajemen sumber daya manusia yang penting dalam dunia Formula 1 modern. Dalam kesimpulannya, kontribusi Mekies dalam kesuksesan Red Bull di Monza tidak bisa diabaikan, meskipun ia lebih memilih untuk tidak mencitrakan dirinya sebagai pahlawan.