Narkotika jenis sabu atau metamfetamina tetap menjadi salah satu zat terlarang yang paling sering disalahgunakan di Indonesia. Dikenal dengan efek euforia sesaat setelah penggunaan, sabu ternyata membawa risiko besar bagi kesehatan. Dalam jangka panjang, konsumsi sabu dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan kejiwaan, serta masalah sosial dan ekonomi yang serius. Sabu, atau metamfetamina, adalah turunan dari amfetamina yang bekerja pada sistem saraf pusat. Awalnya digunakan untuk keperluan medis, namun dengan meningkatnya kasus penyalahgunaan dan ketergantungan yang tinggi, banyak negara melarang penggunaannya.
Sabu bekerja dengan merangsang sistem saraf pusat, membuat penggunanya merasa fokus, bersemangat, dan bahagia. Namun, setelah efeknya mereda, otak mengalami kelelahan dan membutuhkan dosis tambahan, memicu ketergantungan. Penggunaan sabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan dampak fisik, seperti gangguan jantung, kerusakan otak, hingga penurunan berat badan. Selain itu, dampak mentalnya juga signifikan, termasuk paranoia, depresi, dan gangguan kognitif. Di sisi sosial dan ekonomi, pengguna sabu sering mengalami keretakan hubungan keluarga, perilaku ilegal, kerugian ekonomi, dan pengucilan.
Oleh karena itu, edukasi, pencegahan, dan rehabilitasi merupakan langkah penting dalam mengatasi masalah penyalahgunaan sabu. Melihat berbagai dampak yang ditimbulkannya, sabu bukan hanya menjadi persoalan hukum, tetapi juga masalah kesehatan dan sosial yang perlu mendapat perhatian serius. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari bahaya narkotika jenis ini.












