Dua Menteri Jokowi Ungkap Kemungkinan RI Gagal Menjadi Negara Maju

Lembaga Penelitian dan Ekonomi Masyarakat (LPEM) FEB UI baru-baru ini merilis white paper berjudul Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029. Dalam white paper tersebut dikemukakan bahwa Indonesia berpotensi gagal menjadi negara maju pada tahun 2045.

Dekan FEB UI Teguh Dartanto, salah satu penulis white paper tersebut yang berjudul Menavigasi Jalan Indonesia Menuju 2045: Kesetaraan dan Mobilitas Ekonomi, mengatakan bahwa Indonesia tidak memenuhi syarat untuk menjadi negara berpendapatan tinggi. Dalam white paper tersebut, LPEM FEB UI mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan dan tidak pernah mencapai level kisaran 5%. Selain itu, pertumbuhan kredit per tahun tidak pernah tembus 15%, rasio pajak terhadap PDB tidak pernah melampaui 11%, kontribusi industri terhadap PDB terus merosot, dan kemiskinan ekstrem yang persisten.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengaku telah membaca kajian LPEM FEB UI tersebut. Menurutnya, kajian tersebut bisa benar terjadi jika pertumbuhan ekonomi terus stagnan. Masalah berat untuk mencapai Indonesia Emas 2045 adalah pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan di level 5%. Suharso menilai permasalahan ini berkaitan erat dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang masih terlalu tinggi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku bahwa target Indonesia sebagai negara maju pada 2045 adalah ambisius namun realistis. Indonesia memiliki potensi menjadi negara berpendapatan tinggi berkat empat potensi yang dimilikinya, yaitu populasi, hilirisasi, digitalisasi, dan inovasi.

Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia dianugerahi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, dan hilirisasi akan menjadi faktor pendorong ekonomi Indonesia di masa depan. Digitalisasi juga dianggap sebagai modal baru penopang pergerakan ekonomi, sementara tren inovasi di dalam negeri telah terjadi sejak revolusi industri 4.0. Namun, Suharso menilai bahwa struktur industri Indonesia belum berubah dari zaman pemerintahan Presiden Soeharto hingga saat ini, yang hanya menjadi negara industri pengolah bahan baku.

Suharso mencontohkan bahwa tidak ada industri dalam negeri yang mampu menghasilkan satu produk dengan merek sendiri layaknya negara lain yang sudah keluar dari middle income trap. Dia menekankan bahwa kesempatan untuk menjadi negara maju pada 2045 membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan perguruan tinggi.