portal berita online terbaik di indonesia

Hizbullah Berencana Menargetkan Israel, AS Memulai Upaya Diplomasi

Hizbullah Berencana Menargetkan Israel, AS Memulai Upaya Diplomasi

Perang Israel dan Hamas berlangsung selama tiga bulan lebih tanpa henti. Serangan besar dari Lebanon menyasar Israel utara pada Sabtu (6/1/2024). Kelompok Hizbullah mengatakan mereka menyerang pos penting Israel dengan 62 roket sebagai “respon awal” terhadap pembunuhan wakil ketua Hamas minggu lalu. Tegangan semakin meningkat sejak pembunuhan wakil pemimpin Hamas di Lebanon, Saleh al-Arouri, oleh pesawat tak berawak di Beirut.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan Uni Eropa sedang melakukan upaya diplomatik baru untuk menghentikan perang Gaza agar tidak meluas ke Lebanon, Tepi Barat, dan jalur pelayaran Laut Merah. Bagaimana situasi terbaru di Gaza?

Hizbullah Tembakkan 62 Roket ke Israel
Hizbullah mengatakan mereka menargetkan pos penting Israel dengan 62 roket sebagai “respon awal” terhadap pembunuhan salah satu pemimpin Hamas di Beirut. Militer Israel mengidentifikasi sekitar 40 roket yang ditembakkan ke pangkalan udara Meron, dan telah merespons dengan menyerang “sel teroris” yang terlibat dalam peluncuran tersebut. Belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan.

Gaza Dilanda Kelaparan
Kepala bantuan darurat PBB Martin Griffiths mengatakan bahwa Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi yang pernah tercatat. Ia juga menyebutkan bahwa Gaza telah menjadi tempat kematian dan keputusasaan. Menurutnya, lebih dari 22.600 warga Palestina tewas dan hampir 58.000 terluka dalam serangan Israel. RS Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, hampir tidak berfungsi sejak pertengahan November.

AS Mulai Diplomasi, Cegah Konflik Meluas
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken bertemu dengan pemimpin Turki dan Yunani untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah. Di Tepi Barat, ia akan menyampaikan pesan bahwa Washington tidak menginginkan eskalasi konflik Gaza menjadi konflik regional. Sedangkan, PLO menyatakan bahwa masa depan Gaza ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan oleh Israel.

Sebagai informasi, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menurut bahwa setelah perang, militer Israel akan mempertahankan “kebebasan bertindak operasional di Jalur Gaza”. Persoalan rencana pembangunan Gaza pasca perang dan kepemilikan wilayah tersebut juga menjadi topik diskusi yang panas.