portal berita online terbaik di indonesia

Netanyahu Tanpa Ragukan Membantah Gencatan Senjata, Mengungkapkan Misi Israel

Netanyahu Tanpa Ragukan Membantah Gencatan Senjata, Mengungkapkan Misi Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa tidak akan ada gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas. Hal ini berarti Israel akan mengabaikan resolusi Majelis Umum PBB yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pasukan darat Israel terus bertempur di Jalur Gaza dan melancarkan serangan udara di wilayah Palestina yang dikuasai oleh Hamas sebagai tanggapan terhadap serangan pada tanggal 7 Oktober, yang merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.

Operasi militer yang semakin intensif ini telah meningkatkan ketakutan terhadap 2,4 juta penduduk Gaza. Kementerian kesehatan yang dikuasai oleh Hamas melaporkan bahwa lebih dari 8.300 orang telah tewas dalam serangan tersebut.

Netanyahu menjelaskan kepada pers bahwa gencatan senjata berarti menyerah kepada Hamas, yang kelompok bersenjata ini telah menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 230 orang, menurut data terbaru dari Israel. Ia menyatakan bahwa seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada terorisme, dan ia bersumpah bahwa Israel akan terus berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan.

Amerika Serikat, selaku sekutu Israel, juga menolak wacana tentang gencatan senjata. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Kirby, mengatakan bahwa mereka tidak percaya bahwa gencatan senjata merupakan jawaban yang tepat saat ini. Namun, mereka mempertimbangkan perlunya jeda untuk memasukkan bantuan ke Gaza.

Kekhawatiran mengenai krisis kemanusiaan yang semakin meluas semakin meningkat ketika pasukan Israel terus memerangi militan Hamas di wilayah yang sempit di Palestina dan mengirimkan tank ke pinggiran Kota Gaza.

Washington yakin dapat meningkatkan jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir menjadi sekitar 100 truk per hari. Namun, bantuan yang terbatas saat ini jauh dari jumlah yang dibutuhkan oleh lembaga bantuan.

Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA, Philippe Lazzarini, menyerukan Dewan Keamanan untuk segera menuntut gencatan senjata kemanusiaan. Menurutnya, sistem yang ada untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza akan gagal kecuali ada kemauan politik untuk membuat aliran pasokan yang sesuai dengan kebutuhan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perang Gaza ini mencatatkan berbagai kejadian. Terjadi pengeboman udara yang berlangsung berminggu-minggu dan operasi darat selama tiga malam berturut-turut di Gaza utara yang mengakibatkan evakuasi warga sipil. Kolom tank Israel dan buldoser lapis baja terlihat berputar-putar di pasir, dan penembak jitu mengambil posisi di dalam bangunan tempat tinggal yang kosong.

Di tengah perkembangan ini, PBB melaporkan bahwa ribuan orang telah menggeledah gudang bantuan di Gaza, dan keadaan di daerah ini semakin memburuk dengan adanya keputusasaan dan ketakutan. Salah satu warga mengungkapkan bahwa mereka mengungsi dari rumah mereka ke rumah sakit karena pelebakan terus mengikuti mereka dan anak-anak mereka sangat ketakutan.

Konflik ini tidak hanya menciptakan kerusuhan di Gaza, tetapi juga meningkatkan ketegangan di wilayah sekitarnya. Kemarahan anti-Israel berkobar di berbagai tempat, termasuk Dagestan di Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh Amerika Serikat bertanggung jawab atas kekacauan mematikan yang terjadi di Timur Tengah.

Situasi di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel juga semakin memanas, dengan sekitar 120 warga Palestina yang tewas akibat tembakan Israel dan serangan pemukim sejak perang Gaza dimulai.

Dengan berbagai perkembangan ini, kebutuhan akan gencatan senjata kemanusiaan semakin mendesak agar bantuan dapat masuk ke Gaza dan keadaan kemanusiaan dapat membaik.