portal berita online terbaik di indonesia

Rusia Menyatakan Negara Ini Akan Menjadi Korban Berikutnya Setelah Ukraina

Rusia Menyatakan Negara Ini Akan Menjadi Korban Berikutnya Setelah Ukraina

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengancam Moldova di tengah perang antara Rusia dan Ukraina. Lavrov menyatakan bahwa Moldova, yang merupakan bekas republik Soviet di Eropa Timur, berisiko karena keinginannya untuk bergabung dengan Uni Eropa. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi tingkat menteri yang diadakan oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE).

Uni Eropa dan anggotanya memberikan dukungan penuh kepada Moldova dan memberinya status kandidat pada Juni 2022. Dukungan tersebut ditegaskan kembali pada bulan Maret tahun ini, dengan UE serta negara anggotanya berjanji untuk terus memberikan dukungan keamanan dan ekonomi kepada Moldova sambil menunggu jalan menuju aksesi.

Lavrov menyinggung Memorandum Kozak, rencana tahun 2003 yang diusulkan oleh Rusia untuk menyelesaikan hubungan antara Moldova dan Transnistria, wilayah separatis yang memisahkan diri dari Moldova pada tahun 1990. Memorandum tersebut ditolak oleh Vladimir Voronin, presiden Moldova saat itu.

Kementerian Luar Negeri Moldova mengecam pernyataan Lavrov, menyebut invasi Rusia ke Ukraina “brutal” dan mengatakan bahwa Moldova “telah merasakan seluruh upaya destabilisasi yang dilakukan Rusia terhadap kami.”

Pada tanggal 24 November, para pejabat Rusia mengecam Moldova dan mengancam akan membalas setelah parlemen negara tersebut memutuskan untuk ikut serta dalam sanksi UE terhadap Rusia sehubungan dengan perang di Ukraina. Langkah Moldova ini merupakan bagian dari upaya untuk mengajukan upaya untuk bergabung dengan UE.

Sejumlah pihak menanggapi pernyataan Lavrov, termasuk Anton Gerashchenko, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, yang menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki niat untuk berhenti di Ukraina kecuali jika hal itu dihentikan. Mikhail Troitskiy, profesor praktik di Universitas Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa Lavrov melakukan tekanan terhadap pandangan Rusia bahwa mereka dipaksa untuk menginvasi Ukraina. Pernyataan baru Lavrov mungkin terbukti menjadi garis merah yang lebih besar, tambahnya, karena tidak hanya penerimaan NATO tetapi penerimaan ke dalam UE kini dianggap tidak dapat diterima oleh Rusia.

Troitskiy juga menekankan bahwa masalah Moldova bagi Rusia adalah bahwa Moldova dan mitra-mitra Baratnya memaksa Rusia keluar dari proses Transnistria. Transnistria tidak pernah dianggap oleh Rusia sebagai tantangan keamanan besar bagi dunia Rusia, namun Moldova menganggapnya sebagai ancaman serupa dengan yang dikeluarkan Moskow ke Kyiv pada awal tahun 2022.