portal berita online terbaik di indonesia

Tim Prabowo Anggap Gali Lubang Tutup Lubang adalah Soal Utang Biasa

Jakarta, CNBC Indonesia – Tim Kampanye Nasional (TKN) calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menganggap fenomena gali lubang dan tutup lubang utang negara adalah hal yang lumrah.

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno mengatakan, ini karena dalam mengelola perusahaan maupun kehidupan rumah tangga, opsi mencari utang baru untuk membayar utang yang lama adalah hal yang sudah sering dilakukan di Indonesia.

Pernyataan itu ia sampaikan saat menjelaskan kemampuan pemerintah Indonesia saat ini yang selalu mampu membayar cicilan pokok utang dan bunganya secara tepat waktu, tercermin dari credit rating atau peringkat utang yang selalu dalam nilai baik dari lembaga pemeringkat utang.

“Andai kata kita ada masalah, ketika waktu covid dan lain-lain, mau tak mau kita harus ambil pinjaman baru untuk bayar cicilan pokok dan bunganya, dan itu lumrah saja. Di perusahaan saja kita seperti itu kok, di rumah tangga pun kita seperti itu,” kata Eddy dalam program Your Money Your Vote CNBC Indonesia, seperti dikutip Kamis (11/1/2024).

Dalam dunia internasional, ia mengatakan Indonesia dikenal sebagai negara yang tak pernah ngemplang utang. Tercermin dari peringkat utang Indonesia yang dinilai lembaga pemeringkat seperti Fitch, S&P, dan Moody’s selalu stabil, bahkan saat masa krisis Covid-19 berlangsung.

“Kita kan dikenal sebagai goodboy dalam arti pembayaran utang itu tidak pernah kita ngemplang dan itu mempengaruhi rating Indonesia. Ketika alami gejala gagal bayar utang saja langsung ratingnya turun dan sebelum turun pasar sudah bergejolak,” tegasnya.

Rasio utang terhadap PDB pun saat masa-masa Pandemi Covid-19 menurut Eddy masih terjaga rendah di level bawah batas maksimal atau batas aman yang ditetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara) sebesar 60% dari PDB.

Rasio utang terhadap PDB berdasarkan data terakhir Kementerian Keuangan per November 2023 masih 38,11% terhadap PDB meskipun nominalnya telah terus meninggi hingga sebesar RP 8.041 triliun. Pada saat masa Covid-19 seperti 2022 dan 2021, rasio utang terhadap PDB masing-masing sebesar 38,65% dan 41%.

“Saya kira 60% adalah sebuah angka yang belum pernah kita sentuh bahkan ketika Covid pun. Jadi kita relatif aman saat ini tinggal bagaimana kita mengelola utang ke depannya, karena sekarang besaran utang kita sudah sangat tinggi Rp 8.000 triliun,” tutur Eddy.

Sebagai informasi, credit rating Indonesia saat ini di level BBB menurut S&P dan Baa2 versi Moody’s. Level credit rating atau peringkat surat utang itu masuk kategori lower medium grade, Jauh di bawah Malaysia yang peringkatnya A- menurut S&P dan A3 versi Moody’s yang berarti masuk kategori upper medium grade.