portal berita online terbaik di indonesia

Resesi Seks Menghantui China, Warga Enggan untuk Memiliki Anak-Kelahiran Bebas

Penurunan populasi di China semakin cepat terjadi. Data Biro Statistik Nasional pada Selasa (16/1/2024) menyebut angka kelahiran Negeri Tirai Bambu mencapai rekor terendah pada 2023 atau tahun kedua berturut-turut.

Kini jumlah total penduduk China turun 2,75 juta atau sekitar 0,2% menjadi 1,409 miliar pada tahun 2023. Angka 2023 melampaui data 2022, yaitu sekitar 850.000, di mana ini menjadi penurunan pertama kalinya sejak kematian massal akibat kelaparan di era Mao.

Pada tahun 2023, total kematian meningkat 6,6% menjadi 11,1 juta, dengan angka kematian mencapai tingkat tertinggi sejak tahun 1974 pada masa revolusi kebudayaan.

Pada saat yang sama, kelahiran baru turun 5,7% menjadi 9,02 juta. Angka kelahiran tersebut merupakan angka terendah yang pernah tercatat yaitu 6,39 kelahiran per 1.000 penduduk, turun dari angka 6,77 kelahiran pada tahun 2022.

Jauh sebelum terjadinya fenomena penurunan populasi, pemerintah China gencar melakukan pengendalian populasi di masa lalu, salah satunya termasuk kebijakan satu anak.

Kini China merasakan dampaknya, sehingga pemerintah selama bertahun-tahun telah berjuang melawan penurunan populasi dengan mengeluarkan banyak kebijakan baru yang berbanding terbalik dengan kebijakan lama.

Sayangnya sejumlah kebijakan gagal mendorong masyarakat untuk memiliki lebih banyak anak, atau belum diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah, yang mengalami kekurangan anggaran setelah bertahun-tahun menjalankan sistem nol-Covid-19 yang intensif sumber daya.

Banyak orang sering menyebut tingginya biaya hidup di China, khususnya di kota-kota besar, serta rendahnya dukungan bagi perempuan dalam pekerjaan, sebagai alasan untuk tidak memiliki anak. Peran gender tradisional dan ekspektasi keluarga juga berkontribusi.

“Meskipun kota-kota telah mengeluarkan sejumlah… kebijakan untuk mendukung perempuan yang melahirkan untuk melahirkan, harapan masyarakat masih belum terpenuhi,” He Dan, direktur Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan China, mengatakan kepada media pemerintah Global Times, seperti dikutip The Guardian.

Di media sosial, beberapa pengguna Weibo di China mengatakan bahwa mereka secara anekdot memperhatikan lebih banyak kehamilan di sekitar mereka yang dikaitkan dengan tahun zodiak.

Ada pula masyarakat yang skeptis atas kebijakan baru dan mengatakan bahwa ledakan bayi dalam satu tahun akan menyulitkan anak-anak yang nantinya akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi yang sangat kompetitif di China.