portal berita online terbaik di indonesia

Masalah Utama dalam Proses Pengeboran Minyak di Darat Menurut Bos PHE

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), subholding Hulu PT Pertamina (Persero), mengungkapkan kendala utama yang dihadapi perusahaan dalam memproduksi minyak di dalam negeri, terutama pada pengeboran darat.

Direktur Utama PHE Chalid Said Salim menyebut bahwa ada tiga kendala utama yang menghambat perusahaan dalam memaksimalkan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia. Pertama, kendala pembebasan lahan untuk kegiatan pengeboran.

“Untuk pekerjaan pemboran, terutama masih terhambat terkait pembebasan lahan,” ucapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu (27/3/2024).

Kedua, terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, diperlukan peningkatan kapasitas nasional untuk memenuhi kebutuhan material dalam kegiatan hulu migas. Terakhir, kendala terkait persetujuan perizinan lingkungan.

“Kemudian, peningkatan kapasitas nasional untuk pemenuhan kebutuhan material dan terakhir percepatan persetujuan perizinan lingkungan,” tambahnya.

PHE menargetkan produksi minyak dan gas bumi dari lapangan di dalam negeri mencapai 742 ribu barel setara minyak per hari pada tahun 2024. Produksi minyak ditargetkan naik menjadi 420 ribu barel per hari, sementara penyaluran gas ditargetkan naik menjadi 1,86 miliar kaki kubik per hari.

Sebelumnya, SKK Migas juga mengungkapkan sejumlah kendala operasional di sektor hulu migas, yang mempengaruhi pencapaian produksi migas pada tahun 2023. Kendala tersebut antara lain pengadaan lahan, perizinan, finansial, ketersediaan rig atau alat pengeboran, gangguan operasional, dan tumpang tindih lahan dengan wilayah hutan konservasi.

Berdasarkan data SKK Migas, lifting minyak nasional pada tahun 2023 mencapai 605,723 ribu barel per hari atau 91,78% dari target. Target lifting minyak pada tahun 2024 ditetapkan sebesar 635 ribu barel per hari.

Exit mobile version