portal berita online terbaik di indonesia

Ekspor Indonesia Didominasi oleh Komoditas Tambang dengan Risiko Tinggi

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengomentari kinerja ekspor-impor yang sedang mengalami tekanan belakangan ini. Bappenas menyebut penurunan kinerja ekspor dan impor tersebut sebagai dampak dari melemahnya harga komoditas.

“Bukan turun, jadi itu terjadi seiring pelemahan harga komoditas global,” kata Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, (20/6/2024).

Amalia mengatakan saat ini ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO). Kedua komoditas tersebut, kata dia, adalah barang mentah yang harganya sangat dipengaruhi oleh permintaan global.

“Jika kita didominasi oleh ekspor komoditas non-olah, maka akan selalu rentan terhadap volatilitas harga komoditas,” katanya.

Sebelumnya, BPS merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 masih mengalami surplus sebesar US$2,93 miliar. Surplus tersebut berasal dari selisih ekspor US$22,33 miliar dan impor US$19,40 miliar.

Nilai impor Mei 2024 naik secara bulanan sebesar 14,40%, namun turun secara year-on-year sebesar 8,83%. Jika dilihat dari tahun kalender berjalan, nilai impor Januari-Mei juga mengalami penurunan 0,42%.

Sementara itu, ekspor Indonesia secara kumulatif mengalami penurunan 3,52%. Meskipun demikian, secara year-on-year ekspor Indonesia masih positif 2,86%.

BPS mencatat pada Mei 2024, komoditas batu bara dan CPO mengalami penurunan yang cukup besar. Ekspor batu bara turun 4,04% dibandingkan bulan April sebelumnya. Bahkan dibandingkan Mei 2023, ekspor batu bara bulan itu turun 16,85%. Sementara ekspor minyak kelapa sawit juga mengalami penurunan yang signifikan. Ekspor komoditas andalan Indonesia ini turun 22,19% secara bulanan dan 27,11% dibandingkan Mei 2023.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan penurunan angka ekspor ini bisa menjadi pertanda awal bahwa ekonomi Indonesia mulai melemah. “Kondisi impor turun dan ekspor turun, artinya ekonomi Indonesia mengalami perlambatan,” kata Esther.

Esther menilai pelemahan ekonomi ini disebabkan oleh faktor internal maupun global. Dia mengatakan bahwa dari sisi domestik, ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas mentah, sehingga nilai tambah pada ekspor Indonesia masih sangat minim.

Sementara dari sisi global, dia menilai bahwa konflik geopolitik yang sedang terjadi menyebabkan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia menjadi berkurang. “Faktor global ini disebabkan oleh konflik geopolitik yang menghambat distribusi barang dan mengurangi pasokan barang di pasar,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Ekspor RI Anjlok di Awal Tahun, Ini Biang Keroknya!

(rsa/mij)