Presiden Prabowo Subianto terus menjadi perhatian global, dengan media asal Qatar, Al Jazeera, menyusun laporan tentang langkah politik internasionalnya setelah dilantik pada 20 Oktober. Dalam laporan berjudul “Indonesia’s Prabowo Steers Strategic Middle Path Amid China, US Rivalry,” Al Jazeera mengungkapkan bahwa analisis menyebut Prabowo akan mencoba untuk seimbangkan posisi geopolitik di tengah persaingan antara China dan Amerika Serikat.
Menurut Natalie Sambhi, seorang pakar Indonesia dan direktur eksekutif Verve Research, Prabowo diharapkan akan lebih aktif dalam urusan luar negeri dan keamanan, berbeda dengan pendahulunya. Meskipun berusaha menjaga keseimbangan, Prabowo menunjukkan minat yang dalam terhadap hubungan Indonesia-China, dengan latihan militer yang berkesinambungan antara kedua negara.
Sejak terpilih menjadi presiden, Prabowo telah melakukan kunjungan kenegaraan ke berbagai negara, termasuk Australia, Rusia, China, AS, Inggris, dan lainnya. Keputusan Prabowo mengunjungi China dan Rusia sebelum AS disebut lebih karena pertimbangan logistik daripada manuver geopolitik. Namun, hal ini menunjukkan bahwa Prabowo menginginkan Indonesia memiliki posisi yang lebih kuat di ASEAN di tengah persaingan regional antara Beijing dan Washington.
Dengan dibantu oleh Zachary Abuza dari National War College dan analis dari Verve Research, Prabowo diharapkan bisa memperdalam dan mendiversifikasi kemitraan keamanan regional Indonesia dengan berbagai negara seperti Australia, Prancis, India, Filipina, Korea Selatan, dan Vietnam. Semakin banyak upaya yang dilakukan Indonesia bersama negara-negara Indo-Pasifik, semakin baik untuk mengurangi dampak persaingan antara AS dan China di kawasan.