Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut dengan kondisi yang didorong oleh kebijakan hawkish Federal Reserve (The Fed) dan memberikan dampak beragam bagi perekonomian Indonesia. Terjadi pelemahan tipis pada nilai tukar rupiah di angka Rp16.290/US$ yang kemudian terdepresiasi ke level Rp16.300/US$. Meskipun pada akhir perdagangan hari rupiah mampu menguat hingga 0,58% ke level Rp16,190/US$, namun dalam satu minggu terjadi penurunan cukup dalam hingga 1,25%.
Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengungkapkan bahwa pelemahan kurs memiliki efek positif dan negatif. Pelemahan nilai kurs memberikan dampak positif terhadap sektor-sektor dan komoditas ekspor, namun juga berdampak pada inflasi dalam negeri karena banyak komoditas impor menjadi faktor produksi barang di Indonesia. Untuk mengatasi dampak negatif pelemahan rupiah, diperlukan langkah-langkah strategis seperti mendorong transformasi ekonomi jangka panjang yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor.
Ajib juga menyarankan agar pemerintah membangun kolaborasi bilateral dan mengurangi ketergantungan pada penggunaan dolar. Menurutnya, nilai tukar rupiah sebaiknya tidak melampaui Rp16.000/US$, sesuai dengan proyeksi dalam Kerangka Ekonomi Makro. Dengan demikian, langkah-langkah perlu diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap berada dalam kisaran yang ideal dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Situs sumber: CNBC Indonesia.