Bank Dunia (World Bank) melihat pertumbuhan dunia tahun ini yang lambat, dengan stabilitas yang diharapkan pada tahun 2025 dan 2026, namun berada pada titik terendah dalam sejarah. Kekhawatiran tertuju pada negara-negara berkembang yang diprediksi pertumbuhannya tetap stabil sekitar 4% dalam dua tahun ke depan, namun tidak akan cukup untuk mengurangi kemiskinan atau mencapai tujuan pembangunan yang lebih luas. Menurut kepala ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, sebagian besar kekuatan yang mendukung kebangkitan negara berkembang telah menghilang. Faktor-faktor seperti beban utang tinggi, pertumbuhan investasi dan produktivitas yang lemah, serta biaya perubahan iklim menjadi hambatan menakutkan bagi negara-negara tersebut.
Laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan negara berkembang sejak tahun 2014 rata-rata 0,5 poin persentase lebih rendah dibandingkan dengan negara maju, kecuali China dan India. Bank Dunia menyarankan negara berkembang untuk mengembangkan buku panduan yang mendukung reformasi domestik, termasuk mendorong investasi sektor swasta, memperdalam hubungan perdagangan, dan mempromosikan penggunaan modal, bakat, dan energi yang lebih efisien. Di sektor Asia Timur dan Pasifik, serta Eropa dan Asia Tengah, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan akan melambat dikarenakan permintaan domestik yang lemah di China dan Eropa. Namun, negara Afrika sub-Sahara, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih kuat karena permintaan yang lebih tinggi. Namun, pertimbangan perang dagang AS yang diterapkan Presiden terpilih Donald Trump dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia.