Arab Saudi memfasilitasi pertemuan antara perwakilan Amerika Serikat (AS) dan Rusia di Riyadh sebagai respons terhadap ketegangan antara kedua negara terkait serangan Rusia ke Ukraina. Pertemuan ini melibatkan Menlu Sergei Lavrov dan Yuri Ushakov dari Rusia, Marco Rubio dan Mike Waltz dari AS, serta Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dari Arab Saudi. Saudi memilih menjadi tuan rumah pertemuan ini untuk menunjukkan perannya sebagai mediator global dan untuk memperkuat hubungan diplomatiknya dengan AS dan Rusia.
Pertemuan ini diselenggarakan di tengah perubahan politik internasional yang memengaruhi Arab Saudi. Pangeran Mohammed Bin Salman, yang kini berusia 39 tahun, ingin mendiversifikasi negaranya yang kaya minyak dan mencapai tujuan “Visi 2030”. Dengan hubungan dekatnya dengan Trump dan Putin, MBS berusaha mempertahankan posisinya sebagai pialang kekuasaan dalam perundingan internasional.
Selain itu, Saudi juga berencana menggunakan perannya sebagai mediator untuk membahas isu regional, termasuk masalah Gaza. Meskipun berupaya menjaga hubungan dengan AS dan Rusia, Pangeran Bin Salman harus mempertimbangkan kepentingan regional yang kompleks, terutama terkait perdamaian di Gaza.
Rusia sendiri menggunakan pertemuan ini sebagai platform untuk mendorong keringanan sanksi dan menegaskan kehadirannya dalam pembicaraan internasional. Diskusi tentang penyelesaian Ukraina dan kemungkinan pertemuan antara Putin dan Zelensky juga menjadi fokus utama pertemuan di Riyadh.
Hasil pertemuan menunjukkan bahwa diskusi antara AS dan Rusia berjalan dengan serius, meskipun belum ada kejelasan tentang kemungkinan pertemuan puncak antara Trump dan Putin. Negosiasi berlangsung selama empat setengah jam, dan kedua belah pihak sepakat untuk terus berkomunikasi tentang isu-isu yang dibahas selama pertemuan.