Negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat terus memanas, dengan Iran diperkirakan akan menolak proposal terbaru dari AS. Seorang diplomat senior Iran menyebut tawaran tersebut sebagai “non-starter” karena tidak memenuhi kepentingan Iran. Meskipun proposal disampaikan melalui mediator dari Oman, hambatan utama masih belum teratasi, terutama terkait program pengayaan uranium. Iran menuntut pencabutan segera seluruh sanksi AS yang berdampak besar terhadap ekonomi mereka, sementara AS hanya bersedia mencabut sanksi nuklir secara bertahap.
Kebuntuan dalam negosiasi ini telah memperparah ketegangan di Timur Tengah, dengan pemerintah AS berusaha mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Iran, di sisi lain, bersikeras bahwa program nuklir mereka damai dan digunakan untuk energi dan penelitian medis. Meski demikian, Iran siap menerima batasan tertentu dalam program pengayaan, asalkan disertai jaminan bahwa AS akan mematuhi kesepakatan. Tekanan juga datang dari negara-negara regional, termasuk Arab Saudi, yang meminta Iran mempertimbangkan tawaran AS guna menghindari konflik militer. Meskipun demikian, pengaruh regional Iran telah menurun, seiring dengan kemunduran kelompok sekutu Iran seperti Hamas, Hizbullah, dan milisi Syiah di beberapa negara.