Pada hari Kamis, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, kembali berkomunikasi melalui panggilan telepon dalam tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara kedua negara, termasuk sengketa mengenai ekspor mineral langka. Dalam panggilan yang berlangsung lebih dari satu jam, Xi Jinping meminta Washington untuk mencabut langkah-langkah perdagangan yang dianggap merugikan ekonomi global dan menekankan agar AS tidak mengambil langkah provokatif mengenai Taiwan. Meskipun demikian, Trump menyatakan bahwa percakapan tersebut berjalan positif dan mengumumkan rencana adanya pembicaraan lanjutan antara delegasi perdagangan kedua negara dalam waktu dekat, sambil menyoroti bahwa kedua pihak kini lebih memahami persoalan terkait produk mineral langka.
Kedua pemimpin juga saling mengundang untuk mengunjungi negara masing-masing. Panggilan ini terjadi di tengah perselisihan mineral langka antara Amerika Serikat dan China yang mengancam gencatan senjata sementara dalam perang dagang antara kedua ekonomi terbesar dunia. Delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer dijadwalkan untuk segera bertemu dengan mitra dagang mereka dari China.
Kedua negara sebelumnya mencapai kesepakatan 90 hari pada 12 Mei untuk mencabut sebagian tarif saling balas yang diberlakukan sejak awal masa jabatan Trump. Namun, kesepakatan sementara itu belum menyelesaikan isu-isu yang lebih kompleks seperti perdagangan ilegal fentanyl, status Taiwan, dan keluhan AS terhadap model ekonomi China. Kebijakan hukuman Trump terhadap mitra dagangnya yang sering diancam namun dibatalkan secara mendadak telah menimbulkan kebingungan di kalangan pemimpin dunia dan pelaku bisnis. Keputusan China pada April untuk menangguhkan ekspor sejumlah mineral penting yang dibutuhkan oleh berbagai industri telah mengganggu pasokan global, yang bisa memberikan tekanan politik domestik pada Trump jika ekonomi AS terganggu akibat kelangkaan pasokan.