Di Bolivia, sebuah desa di bagian barat negara tersebut mengalami ‘kiamat’ karena kegiatan pertambangan emas yang masif. Desa Tipuani dilaporkan tenggelam karena penambangan emas yang erosi tepian sungai yang melintasi kotamadya dengan populasi sekitar 7.500 jiwa. Ahli mengaitkan banjir yang terjadi dengan kombinasi faktor penambangan emas yang masif dan hujan yang tidak biasa akibat perubahan iklim.
Wilayah ini sudah lama mengalami banjir, dengan beberapa jalan di Tipuani telah terendam lumpur selama lebih dari satu tahun. Banjir terus terjadi di musim hujan selama tiga tahun terakhir, mulai dari November hingga April. Mayoritas penduduk desa mencari nafkah dari pertambangan, namun industri pertambangan ini juga menjadi sumber masalah dalam kehancuran desa.
‘Demam emas’ di Bolivia, dengan harga emas yang meningkat tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir, mendorong ekstraksi emas secara mekanis yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Limbah dari pertambangan emas tersebut dibuang ke sungai, mengganggu aliran sungai dan menyebabkan banjir. Meskipun ada upaya untuk menghentikan praktik tersebut dua tahun yang lalu, dampak negatif dari pertambangan emas terus terasa di desa Tipuani.
Bolivia merupakan salah satu negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, dan perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan banjir di negara ini. Dampak dari perubahan iklim juga terlihat dari curah hujan yang ekstrem di Bolivia. Fenomena cuaca La Nina menyebabkan curah hujan yang tidak biasa di Tipuani, dengan hujan yang turun selama satu bulan melebihi rekor tahun-tahun sebelumnya.
Kondisi ini semakin diperparah dengan kebakaran hutan yang terjadi di timur Bolivia, yang berubah pola curah hujan di daerah tersebut. Vegetasi yang berkurang di hutan Amazon mengakibatkan hujan lebih intens turun ke wilayah barat di dataran tinggi negara tersebut. Semua ini memperburuk masalah banjir di desa Tipuani dan sekitarnya.