Beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat mengumumkan rencana kenaikan harga produk sebagai dampak dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Tarif tersebut mencakup kenaikan dasar sebesar 10% untuk sebagian besar barang impor dan 30% untuk barang dari Tiongkok. Ini telah menyebabkan banyak perusahaan, termasuk Walmart, Ford, Best Buy, dan Mattel, untuk mengisyaratkan potensi kenaikan harga pada berbagai produk.
Walmart, sebagai contoh, mengumumkan bahwa harga produk mereka akan naik karena tarif impor dianggap terlalu tinggi. CEO Walmart menegaskan bahwa mereka tidak bisa menahan tekanan tarif mengingat margin ritel yang tipis. Mattel juga mengalami permasalahan serupa dengan tarif impor yang membuat mereka harus menaikkan harga produk. Trump bahkan mengancam Mattel dengan tarif 100% jika mereka terus mengimpor mainan.
Selain dari perusahaan di sektor ritel, perusahaan teknologi seperti Nintendo, Sony, serta produsen mobil seperti Ford dan Subaru juga terkena dampak kenaikan harga akibat tarif. Nintendo bahkan menunda peluncuran konsol Switch 2 karena kekhawatiran terhadap tarif. Penyesuaian harga juga terjadi pada dua retailer asal Tiongkok, Shein dan Temu, setelah aturan “de minimis” dihapus oleh Trump.
Lebih lanjut, produsen kebutuhan rumah tangga, Procter & Gamble, serta Stanley Black & Decker juga mengumumkan kenaikan harga produk mereka. Bahkan Adidas juga memperingatkan bahwa tarif akan membuat biaya produk di AS meningkat.
Kenaikan harga ini diyakini akan mempengaruhi masyarakat AS dalam menghadapi kenaikan harga barang-barang konsumen mulai dari makanan hingga barang elektronik. Khususnya bagi konsumen, perlu memperhatikan dan memperhitungkan kenaikan harga ini agar tidak terlalu terbebani.