Bank Indonesia (BI) akan terus memperkuat instrumen moneter promarket untuk menguatkan stabilitas nilai tukar dan menjaga inflasi. Instrumen tersebut meliputi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI), dan sukuk valuta asing Bank Indonesia (SUVBI). Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mendalami pasar uang dan valas serta menarik investasi asing ke dalam negeri. Hingga pertengahan Desember 2024, SRBI, SVBI, dan SUVBI mencapai posisi masing-masing sebesar Rp940,67 triliun, US$ 2,08 miliar, dan US$ 386 juta.
Warjiyo juga menegaskan bahwa penerbitan SRBI telah berhasil meningkatkan investasi asing serta memberikan kontribusi positif terhadap nilai tukar. Adopsi primary dealer sejak Mei 2024 juga memberikan dampak yang baik dengan kenaikan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repo antar pelaku pasar. Hal ini telah membuktikan keberhasilan instrumen moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi.
BI terus berinovasi untuk meningkatkan transmisi kebijakan moneter dengan mengoptimalkan instrumen promarket yang ada. Transmisi kebijakan moneter terbukti berjalan dengan baik, tercermin dari suku bunga pasar uang yang sekitar BI Rate yaitu 6,13% per 17 Desember 2024.
Selain itu, Perry juga menyoroti video terkait KPK Geledah BI dan ancaman blokir terhadap Google & TikTok di Inggris.記事 ini dapat disaksikan di sumber link terkait.ChildIndexembali jabat Deputi Gubernur Senior BI periode 2024-2029 menjadi artikel selanjutnya yang menarik untuk dipahami.