Berita  

Korea Resmi Suntik Mati Total Tambang Batu Bara BUMN: Listrik Aman

Pada tanggal 1 Juli 2025 mendatang, Korea Selatan akan menutup tambang batu bara terakhir yang dikelola negara. Hal ini menandai berakhirnya era tambang batu bara Dogye yang pernah menjadi pendorong ekonomi regional dan berkembang pesat. Dalam dekade 1960-an dan 70-an, komunitas batu bara ini tumbuh pesat di tengah booming yang mengubah wilayah menjadi simbol kemakmuran kelas pekerja. Era keemasan industri batu bara dimulai dengan undang-undang tahun 1961 yang membuka jalan bagi pengembangan tambang berskala besar. Batu bara juga merupakan komponen utama dari “yeontan,” briket yang banyak digunakan untuk menghangatkan rumah-rumah di Korea. Namun, seiring dengan perubahan kebijakan dan perpindahan ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan, industri batu bara Korea mengalami penurunan tajam.
Setelah mengalami lonjakan harga minyak dunia, pemerintah Korea berusaha mengurangi ketergantungannya pada minyak bumi dengan menggantinya dengan gas alam cair. Sejak tahun 1987, Korea mulai memasok gas alam cair ke wilayah metropolitan Seoul sebagai bagian dari rencana restrukturisasi untuk menutup tambang batu bara yang tidak menguntungkan. Produksi batu bara mencapai puncaknya pada tahun 1988 namun mengalami penurunan drastis setelah itu. Sekarang, nuklir menjadi sumber energi utama Korea, menggantikan posisi batu bara. Meskipun batu bara masih digunakan untuk pembangkit listrik, namun lebih banyak impor yang digunakan karena jenis batu bara domestik tidak efisien untuk pembangkit listrik besar.
Akhirnya, semua pekerja di Tambang Batu Bara Dogye akan pensiun dengan penutupan tambang. Usia rata-rata pekerja di tambang tersebut sekitar 55 tahun, yang mana beberapa di antaranya sudah memasuki usia pensiun. Penutupan tambang batu bara terakhir Korea menandai akhir dari era tambang batu bara publik di negara tersebut.

Source link